Sunday, May 19, 2013

Tentang Berubah


Beberapa hari lalu gue mengobrol cukup panjang dengan seorang teman. Oke untuk mempermudah gue menceritakannya selanjutnya si seorang teman ini akan gue berikan nama fiktif. Sebut saja Agus namanya. Agus menceritakan beberapa hal yang berkecamuk di kepalanya dan ujung-ujungnya membawa ketidaktenangan emosinya.

Pada intinya Agus mengalami masa merasa hidupnya yang sekarang ini bukan gambaran hidup yang cukup baik dan masalah utamanya adalah dia merasa pola hidupnya yang sekarang ini kemungkinan besar tidak akan bisa menunjang dan compatible dengan hidup pasangannya ke depannya. Entah ya, akhir-akhir ini gue sering sekali mendengar permasalahan serupa datang dari teman lama dan teman baru juga yang berpusat pada kecemasan berlebihan akan apa yang sedang terjadi di depan mata.

Gue terdiam lama mendengarkan bermenit-menit berlalu dihabiskan dengan Agus menjabarkan seberapa besarnya Ia ketakutan menjalani hidupnya. Nggak lugas sih dia bilang, cuma tergambar aja sebetulnya takut banget. Agus bilang dia tau sebagai laki-laki harusnya dia lebih bisa memperjelas hidupnya, memikirkan pekerjaan apa yang nantinya harus dijalani karena Ia memang berpikiran untuk memiliki keluarga. Satu hal sih, Agus tau semuanya yang harus dia lakukan hanya saja penyakit orang kebanyakan adalah Agus memilih nggak mau, atau mungkin belum mau ya. Sebuah percakapan yang sampai sekarang ini masih terekam jelas di kepala gue adalah sebagai berikut :

Agus : Gue tuh egois anaknya, maunya ya gue melakukan hal-hal yang ada dulu aja nih maunya seneng-seneng

Gue : Oh terus ?

Agus : Ya gue tau harusnya nggak gitu, gue tau nih harusnya gue berubah biar lebih baik hidupnya

Gue : Err, lo berharap nantinya lo bisa punya keluarga kan? Mungkin ya mungkin menurut gue yang lo jalanin sekarang nggak cukup dong, siapapun yang bersama lo pasti waswas kan memikirkan ntarnya gimana kalo kelihatannya lo nggak berusaha apapun buat hidup lo sendiri?

Agus : Iya sih

Gue : (Ngeliatin)

Agus : Tapi kalo gue nggak egois lagi gue berubah dong? Gue nggak jadi diri sendiri?

Dan setelah kalimat barusan gue menghela nafas panjang, mengingat sebuah quotes yang dibicarakan Ramda dan Dhea di Anomali minggu lalu..

“People don’t want their lives fixed. Nobody wants their problems solved. Their dramas. Their distractions. Their stories resolved. Their messed cleaned up. Because what would they have left? Just the big scary unknown. “–Chuck Palahniuk

Berbulan-bulan yang lalu mungkin gue nggak bisa mengerti sama sekali kenapa ada orang yang tau masalahnya banyak bukannya diselesein malah ditambah terus-terusan. Dan sekarang makin keliatan jelas emang banyak juga sih orang begitu entah kenapa. Sedihnya, ya sedihnya buat gue adalah apabila pola berpikir seperti itu terdapat di orang-orang terdekat gue. Hal terakhir yang gue bilang ke Agus sambil menghela nafas adalah, “Gimana kalo dianggapnya bukan merubah tapi memperbaiki, beda lho.” Dan si Agus hanya menjawab, “Oh gitu ya, iya sih.” Alhamdulillah, walaupun mungkin efeknya temporer.

Mm mungkin susah ya menerima apa yang sudah ada, belum ada, salah, dan benar yang terdapat di dalam diri kita sendiri. Gue sendiri susah misalnya disuruh memberhentikan bagaimana gue selalu overthink akan banyak hal, padahal itu efeknya membuat gue mengalami kecemasan hampir tiap hari. Cuma normalnya, standar normalnya, ketika sesuatu itu sudah bisa dinilai nggak menyamankan untuk diri sendiri atau bisa diukur bagi kehidupan sendiri nantinya itu bisa mendatangkan masalah besar, sebaiknya langsung diperbaiki dari sekarang. Hanya saja mungkin batasan normal belum bisa menjadi takaran utama baik dan buruk semua orang. Apa yang baik buat gue mungkin tidak baik bagi misalnya Agus mungkin? Dan sebaliknya

Satu hal yang gue ingatkan Agus untuk dipikirkan baik-baik. Gue bilang ke dia, perubahan dan perbaikan itu datengnya dari diri sendiri, bukan dari orang lain, bukan dari lingkungan, jangan manja nyalah-nyalahin lingkungan hidup atau nyalahin orang lain nggak bisa merubah dirinya ke arah yang lebih baik. Dan jangan defense pernyataan gue dengan itu teorinya, nyatanya nggak begitu.

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 comments:

Cerpen666

-Cerpen666-Only-

RECENT POSTS

Cerpen666-blog-

POPULAR POSTS

Cerpen666-
 

LOVE IS TO ACCEPT OTHERS FOR WHAT THEY ARE Copyright © 2011-2012 BloggerTemplate is Designed by Cerpen666